Makalah Kenakalan Remaja
KENAKALAN REMAJA
Latar
Belakang
Masa remaja sering dikenal
dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru
mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri
dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di
lingkungan pertemanannya.
Kenakalan remaja di era modern
ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah
mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak
tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda
dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang.
Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan
oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan
kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika
dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para remaja sering
lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh
seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya
dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Pengertian Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat
disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia
dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa
anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa
awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir
pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik
yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk
tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada,
perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini,
pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis,
abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar
keluarga.
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk
golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti
yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene)
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang
waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :
a. 12-15 tahun
b. Masa remaja awal
15-18 tahun
c. Masa remaja
pertengahan 18-21 tahun
d. Masa remaja
akhir.
Ciri- Ciri Remaja
Mengenai ciri-ciri remaja tidak
mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat dari berbagai segi. Misalnya
dari segi usia, perkembangan fisik, phisikis, dan perilaku. Menurut Gayo (1990:
638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun yang dibagi dalam tiga
fase yaitu; Adolensi diri, adolensi menengah, dan adolensi akhir. Penjelasan
ketiga fase ini sebagai berikut.
a. Adolensi
dini
Fase
ini berarti preokupasi seksual yang meninggi yang tidak jarang menurunkan daya
kreatif/ ketekunan, mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok
kawan atau sahabat karib, tinggah laku kurang dapat dipertanggungjawabkan.
Seperti perilaku di luar kebiasaan, delikuen,dan maniakal atau defresif.
b. Adolensi
menengah
Fase
ini memiliki umum: Hubungan dengan kawan dari lawan jenis mulai meningkat
pentingnya, fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran, misalnya, mistik,
musik, dan lain-lain. Menduduki tempat yang kuat dalam perioritasnya, politik
dan kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga kritik…..tidak jarang
dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap salah dan tidak benar,
seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi, dan desploritas
lebih terarah untuk meminta bantuan.
c. Adolesensi akhir
Masa
ini remaja mulai lebih luas, mantap, dari dewasa dalam ruang lingkup
penghayatannya .Ia lebih bersifat ‘menerima’dan ‘mengerti’ malahan sudah mulai
menghargai sikap orang/pihak lain yang mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki
karier tertentu dan sikap kedudukan, kultural, politik, maupun etikanya lebih
mendekati orang tuanya. Bila kondisinya kurang menguntungkan, maka masa turut
diperpanjang dengan konsekuensi .imitasi, bosan, dan merosot tahap kesulitan
jiwanya. Memerlukan bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orang-orang di
sekitarnya.
Argumen
lain tentang ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang dikemukakan oleh
Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa remaja umumnya
telah duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode anak
mengalami perubahan-perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin
sekunder seperti kumis, jenggot, atau suara berubah pada laki-laki. Lengan dan
kaki mengalami pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak menjadi
canggung dan kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan
gangguan phisikis anak.
Perubahan
rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir abstrak, ingatan logis makin
lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu dengan yang lain
tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan batin
dan gangguan, yang biasa disebut gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak
remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak berusaha melepaskan diri
darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di sisi lain masih
tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi pertentangan antara hasrat
kebebasan dan perasaan tergantung. (Mustaqim dan Abdul Wahid, 1991:50).
Lebih
lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa remaja akhir umumnya telah
mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama, kesusilaan,
kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan dan menentuan
nilai dan cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung
jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai mengarahkan
perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani, memiliki
keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri dimasyarakat
juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk
dewasa.
Sedangkan
menurut Hurlock (1999) ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut :
a. Masa
remaja sebagai periode yang penting, karena perkembangan fisik, mental yang
cepat dan penting dan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai
dan minat baru.
b. Masa
remaja sebagai periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku
dari anak-anak ke menuju dewasa.
c. Masa
remaja sebagai periode perubahan, karena ada 5 perubahan yang bersifat
universal yaitu perubahan emosi, tubuh, minat dan pola perilaku, dan perubahan
nilai.
d. Masa
remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-masalahnya
sebagian besar diselesikan oleh guru dan orang tua sehingga kebanyakan remaja
kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah.
e. Masa
remaja sebagai masa mencari identitas, karena remaja berusaha untuk menjelaskan
siapa dirinya, apa peranannya.
f. Masa
remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena adanya anggapan
stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak
dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang dewasa harus
membimbing dan mengawasi.
g. Masa
remaja sebagai masa yang tidak realistik. Karena remaja melihat dirinya sendiri
dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya
terlebih dalam cita-cita.
h. Masa
remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai memusatkan diri pada
perilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa ciri ciri masa remaja
adalah merupakan periode yang penting, periode
perubahan, peralihan, usia yang bermasalah, pencarian identitas, usia yang
menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan.
Psikologi Remaja
Ciri
perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit
dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan
memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang
senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan
pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada
masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan hormon. Suatu saat remaja
dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi remaja lebih kuat
dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis. Kestabilan
emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat yang akhirnya
mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinnya yang baru. Hal
tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990), yang
mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi
dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan remaja
harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan dengan
dirinya.
Menurut Mappiare
(dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau begitu saja
menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja menanyakan alasan mengapa
sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa
jalan pemikiran yang logis. Dengan perkembangan psikologis pada remaja, terjadi
kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan
memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
Kenakalan Remaja
Kenakalan
remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar
norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau
transisi masa anak-anak dan dewasa.
Sedangkan Pengertian kenakalan
remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
a. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan
bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana,
seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
b. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk
menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
c. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi
sosial.
Faktor
pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja
melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena
lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Perilaku
yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti
membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam
yang orangtua berikan, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian
antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya.
Dalam batasan hukum, menurut Philip
Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The Adolescence, terdapat
dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:
a. Pelanggaran
indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak
remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan,
perkosaan, dan pembunuhan.
b. Pelanggaran status, di
antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman beralkohol
di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti peraturan
sekolah atau orang tua.
Penyebab Kenakalan Remaja
Perilaku
‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari
remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
a. Krisis
identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri
remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,
terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal
mencapai masa integrasi kedua.
b. Kontrol
diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan
membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima
akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan
kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
a. Keluarga
dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota
keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif
pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan
anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi
anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b. Teman
sebaya yang kurang baik
c. Komunitas/lingkungan
tempat tinggal yang kurang baik.
Sedangkan menurut Kumpfer dan Alvarado, Faktor faktor
Penyebab kenakalan remaja antara lain :
a. Kurangnya
sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.
b. ontoh
perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan
nilai-nilai anti-sosial.
c. Kurangnya
pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar
sekolah, dan lainnya).
d. Kurangnya
disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.
e. Rendahnya
kualitas hubungan orangtua-anak.
f. Tingginya
konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga.
g. Kemiskinan
dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.
h. Anak
tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.
i. Perbedaan
budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru.
j. Adanya
saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan
kenakalan remaja.
Peranan Keluarga terhadap Kenakalan Remaja
Sarwono
(1998) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan primer pada setiap
individu. Sebelum anak mengenal lingkungan yang luas, ia terlebih dahulu
mengenal lingkungan keluarganya. karena itu sebelum anak anak mengenal
norma-norma dan nilai-nilai masyarakat, pertama kali anak akan menyerap
norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di keluarganya untuk dijadikan bagian
dari kepribadiannya.
Orang
tua berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif maupun
negative. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang
sangat penting bagi remaja.
Menurut
Mu’tadin (2002) remaja sering mengalami dilema yang sangat besar antara
mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti kehendaknya sendiri. Situasi ini
dikenal dengan ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan konflik pada diri
remaja. Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri,
sehingga sering menimbulkan hambatan dalam
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja
menjadi frustasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada orang tuanya dan
orang lain disekitarnya. Frustasi dan kemarahan tersebut seringkali di ungkapkan
dengan perilaku perilaku yang tidak simpatik terhadap orang tua maupun orang
lain yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya.
Penilitian
yang dilakukan BKKBN pada umunya masalah antara orang tua dan anaknya bukan hal
hal yang mendalam seperti maslah ekonomi, agama, social, politik, tetapi hal
yang sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan.
Menurut
Nalland (1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki orangtua terhadap anaknya
pada saat memesuki usia remaja, yakni :
a. Orang tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan berbicara
b. Kemandirian anak diajarkan secara bertahap dengan mempertimbangkan
dan melindungi mereka dari resiko yang mungkin terjadi karena cara berfikir
yang belum matang. Kebebasan yang dilakukan remaja terlalu dini akan memudahkan
remaja terperangkap dalam pergaulan buruk, obat-obatan terlarang, aktifitas
seksual yang tidak bertanggung jawab dll
c. Remaja perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif yang
memungkinkan mereka mendapat pengalaman dan teman baru, mempelajari berbagai
keterampilan yang sulit dan memperoleh pengalaman yang memberikan tantangan
agar mereka dapat berkembang dalam berbagai aspek kepribadiannya.
d. Sikap orang tua yang tepat
adalah sikap yang authoritative, yaitu dapat bersikap hangat, menerima,
memberikan aturan dan norma serta nilai-nilai secara jelas dan bijaksana.
Menyediakan waktu untuk mendengar, menjelaskan, berunding dan bisa memberikan
dukungan pada pendapat anak yang benar.
Pergaulan Remaja
Pergaulan merupakan proses
interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh
individu dengan kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh
Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya
manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia
lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian
seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan
kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif.
Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok
guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu
lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi
remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang
sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba
sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak. Pergaulan remaja berupa tekanan teman bahkan sahabat, yang
bias disebut dengan rasa solidaritas, ingin diterima, dan sebagai pelarian,
benar-benar ampuh untuk mencuatkan kenakalan remaja yaitu perilaku menyimpang
yang dilakukan oleh remaja.
Remaja dan Lingkungan Sosial
Lingkungan social meliputi
teman sebaya, masyarakat dan sekolah. Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat
besar bagi remaja, karena selain dirumah sekolah adalah lingkungan kedua dimana
remaja banyak melakukan berbagai aktifitas dan interaksi social dengan teman-temannya.
Masalah yang dialami remaja
yang bersekolah lebih besar dibandingkan yang tidak bersekolah. Hubungan dengan
guru dan teman-teman di sekolah, mata pelajaran yang berat menimbulkan konflik
yang cukup besar bagi remaja. Pengaruh
guru juga sanagt besar bagi perkembangan remaja, karena guru adalah orang tua
bagi remaja ketika mereka berada disekolah.
Pada masa remaja, hubungan
social memiliki peran yang sangat penting bagi remaja. Remaja mulai memperluas
pergaulan sosialnya dengan teman teman sebayanya. Remaja lebih sering berada
diluar rumah bersama teman teman sebayanya, karena itu dapat dimengerti bahwa
pengaruh teman-teman sebayanya pada sikap, minat, penampilan dan perilaku lebih
besar daripada pengaruh orang tua.
Brown (1997) menggambarkan
empat cara khusus, bagaimana terjadinya perubahan kelompok teman sebaya dari
masa kanak-kanak ke masa remaja :
a. Remaja
lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dibandingkan pada
anak-anak. Pada usia 12 tahun, remaja awal mulai menjauhkan diri dari orang
dewasa dan mendekatkan diri dengan teman sebaya.
b. Remaja
berusaha menghindari pengawasan yang ketat dari orang tua dan guru dan ingin
mendapatkan kebebasan. Mereka mencari tempat untuk bertemu dimana mereka tidak
terlalu diawasi. Meskipun dirumah mereka ingin mendapatkan privasi dan tempat
dimana mereka dapat mengobrol dengan teman temannya tanpa didengar oleh
keluarganya.
c. Remaja
mulai banyak berinteraksi dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang berbeda.
Walaupun anak perempuan dan laki laki berpartisipasi dalam kegiatan dan
berkelompok persahabatan yang berbeda selama masa pertengahan kanak-kanak,
tetapi pada masa remaja interaksi dengan remaja yang berbeda jenis semakin
meningkat, sejalan dengan semakin menjauhnya remaja dengan orang tua mereka.
d. Selama masa remaja, kelompok teman
sebaya menjadi lebih memahami nilai-nilai dan perilaku dari sub-budaya remaja
yang lebih besar. Mereka juga mengidentifikasikan diri dalam kelompok pergaulan
tertentu.
0 komentar: